Penyandang Tunarungu Ajarkan Bahasa Isyarat Gratis

Beberapa penyandang tunarungu yang tergabung dalam Pusbisindo (Pusat Bhs Isyarat Indonesia) teratur mengajar bahasa isyarat pada orang-orang umum dalam acara Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) tanpa ada memungut cost. " Kami suka mengajari orang-orang yang tertarik dengan bhs isyarat. Mereka datang tiap-tiap minggu untuk selalu berlatih supaya dapat berkomunikasi dengan lancar, " kata pengurus Pusbisindo serta Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Agus Subroto di Jakarta, Ahad (14/9).

Agus beserta lima pemuda tunarungu yang lain selalu mengajak orang-orang untuk pelajari bhs isyarat Indonesia (bisindo) supaya golongan tunarungu tidak alami kesusahan untuk berkomunikasi dengan cara normal. Satu diantara pengajar bisindo, Phieter Angdika mengakui tidak malu untuk mengajar bisindo waktu HBKB lantaran aktivitas ini berbentuk sosial dan bisa tingkatkan kesadaran orang-orang untuk mengerti bisindo.

Untuk belajar bisindo, orang-orang bisa mendatangi segera komune ini yang berkumpul di depan Kedutaan Jerman, Bundaran Hotel Indonesia tiap-tiap HBKB. Sejumlah lima pemuda siap mengajarkan bisindo pada orang-orang yang berkeinginan.

Pengunjung bakal diberikan kartu anggota untuk ditandatangangi oleh pengajar bisindo setiap saat mereka datang berlatih.
Evaluasi dikerjakan bertahap sepanjang 10 minggu dengan cara teratur, yaitu mengisyaratkan huruf pada pertemuan pertama, angka pada pertemuan ke-2, serta hari pada pertemuan ketiga. Untuk pertemuan ke empat dan sebagainya, orang-orang bisa berlatih pembicaraan sampai lancar.

Dari mulai anak-anak sampai dewasa ketertarikan belajar bisindo, satu diantaranya Aisyah yang tengah semangat ikuti arahan pengajar. " Saya baru 2 x datang kesini serta telah dapat mengisyaratkan nama. Tetapi, agak kesusahan bila isyarat huruf F lantaran sukai terbalik, " kata murid kelas lima Sekolah Basic itu. Komune yang didirikan pada 2004 ini juga memberi sumbangsih mereka dengan mengajar di sebagian kampus serta instansi, diantaranya Kampus Indonesia (UI), Kampus Islam Negeri (UIN), Mimi Institut, Dompet Dhuafa, serta Gereja Katedral.